Sabtu, 15 Agustus 2015

Feature : Mario Teguh dan Kalimat Bijak Gamenya

Game merupakan salah satu hiburan yang perkembangannya sangat pesat beberapa dekade ini. Seperti meriam yang tidak pernah kehabisan amunisi, para developer game selalu memberikan inovasi - inovasi baru setiap tahunnya . Dengan perkembangannya yang sangat pesat ini, tidak heran jumlah gamer pun kian bertambah dari tahun ke tahun. Dari anak balita sampai kakek-kakek pun sudah mencicipi teknologi ini. Lihat saja buktinya, Anak kecil zaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktu duduk manis di rumah sambil memainkan handheldnya daripada bermain bersama teman - temannya di luar rumah. Tak jarang juga kita dengar para orang tua lanjut usia memainkan perangkat gaming untuk mengusir kesepiannya karena ditinggal kerja anak tercinta. 

Pembaca setia yang terhormat, sayang sekali pada kesempatan kali ini kita tidak akan membahas perkembangan game secara rinci. Yang ingin saya bahas ialah salah satu komentar pedas dari salah satu Motivator Kenamaan Indonesia yang terkenal lewat jargon GOLDEN WAYSNYA siapa lagi kalau bukan Pak Mario Teguh. 

Akhir-akhir ini wajah motivator ternama ini, seringkalin tampil di fans page meme comic. Namanya pun sedang hangat diperbincangkan di komunitas-komunitas gamers. Apa yang memicu hal ini? kalian dapat melihat quote pada gambar dibawah ini.

kiri statement 1 kanan statement 2

Dari pernyataan tersebut, Pak Mario Teguh terkesan mengkambing hitamkan games sebagai penyebab kegagalan seseorang. Lantas apakah dasar dari seorang Maro Teguh mengucapkan statement seperti ini?. Statement ini terlihat sebagai statement tidak matang yang dibuat hanya dengan melihat satu sisi dari objek yang dipermasalahkan sedang sisi lainnya seperti tenggelam entah kemana. Padahal yang bikin rusak diri sendiri itu bukan game, yang bikin gagal diri sendiri itu bukan game, tapi diri sendiri yang membuat gagal diri kita sendiri. Apalagi statement pertama, secara tersirat statement ini menyebutkan bahwa faktor kegagalan dalam game dapat menular. Bisa dilihat dari kata ayah yang suka main video game  dan disambung dengan anak gila video games, lalu diakhiri dengan anak hanya tumbuh sebaik kebiasaan orang tuanya. Jelas kalimat ini mentuturkan suka bermain  game merupakan kebiasaan yang buruk. Hal ini dapat menjadi ambigu, mungkin maksud Pak Mario Teguh baik. Tapi statement pertama dapat membuat sebagian orang salah paham.

Nah pada statement kedua juga seperti Pak Mario Teguh menganggap anak yang pintar menjadi bodoh karena suka bermain game berlebihan. Yang bikin bodoh kan gara-gara nggak belajar pak, kok game lagi sih yang kena? Saya sendiri telah membuktikan bahwa berlebihan dalam bermain game tidak membuat nilai anjlok. 

Jujur, saat saya kelas 3 SMP saya sangat tergila-gila oleh salah satu game sepakbola yang dirilis di PC. Saya sangat suka bermain game itu, sampai-sampai setiap hari saya tidak pernah bisa lepas dari Joystick. Tetapi hal itu saya imbangi dengan belajar, walaupun waktu belajar saya sedikit, waktu belajar itu saya maksimalkan. Dan pada akhirnya alhamdullilah saya bisa masuk ke SMA favorit di kota saya.

Saat saya SMA yang terjadi malah seperti statement kedua dari Pak Mario teguh diatas. Kerjaan saya hanya bermain game dan waktu belajar pun saya tidak konsentrasi karena rasa penasaran dengan game yang sedang saya mainkan masih menguasai pikiran.

Dari kedua pengalaman saya yang saya tuturkan diatas dapat ditarik kesimpulan, yang merusak itu orangnya sendiri, game hanya salah satu hobi. Hobi apapun yang kita lakukan jika porsinya tidak seimbang dengan kegiatan kita yang lain maka akhirnya pasti timpang juga.

Tulisan ini saya buat bukan semata-mata untuk membela siapapun, Tujuan dari tulisan ini hanya untuk meluruskan sedikit statement yang jika disalahartikan oleh orang-orang akan dapat memperburuk citra suatu komunitas. Game sendiri tidak selalu memiliki citra buruk. Buktinya banyak orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk game dan bisa menjadi milyalder. Sekali lagi, game itu hanya sebuah hobi, sama seperti berenang, membaca buku, dan lain sebagainya. Yang dapat kita petik dari tulisan itu yaitu " Semua hal itu tidak ada yang baik dan buruk tergantung dari sisi mana kita melihat hal itu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar